(فَصْلٌ ) شُرُوْطُ الْفَاتِحَةِ
عَشَرَةٌ : التَّرْتِيْبُ وَ الْمُوَالَاةُ وَ مُرَاعَاةُ حُرُوْفِهَا وَ
مُرَاعَاةُ تَشْدِيْدَاتِهَا وَ أَنْ لَا يَسْكُتَ سَكْتَةً طَوِيْلَةً وَ لَا قَصِيْرَةً
يَقْصِدُ قَطْعَ الْقِرَاءَةِ وَ قِرَاءَةُ كُلِّ آيَاتِهَا وَ مِنْهَا الْبَسْمَلَةُ
وَ عَدَمُ اللَّحْنِ الْمُخِلِّ بِالْمَعْنَى وَ أَنْ تَكُوْنَ حَالَةَ الْقِيَامِ
فِي الْفَرْضِ وَ أَنْ يُسْمِعَ نَفْسَهُ الْقِرَاءَةَ وَ أَنْ لَا يَتَخَلَّلَهَا
ذِكْرٌ أَجْنَبِيٌّ .
Syarat-syarat (membaca) Al-Fatihah ada 10, yaitu:
1. Tertib.
2. Terus-menerus.
3. Memperhatikan huruf-huruf Al-Fatihah.
4. Memperhatikan tasydid-tasydid Al-Fatihah.
5. Hendaknya tidak diam dengan diam lama atau sebentar yang bertujuan memutus bacaan Al-Fatihah.
6. Membaca semua ayat-ayat Al-Fatihah, diantaranya adalah basmalah.
7. Tidak adanya lahn yang merusak makna.
8. Hendaknya (membacanya) ketika dalam keadaan berdiri di dalam shalat fardhu.
9. Hendaknya memperdengarkan dirinya bacaan Al-Fatihah.
10. Hendaknya tidak menyela-nyelai Al-Fatihah dengan dzikir yang lain.
1. Tertib.
2. Terus-menerus.
3. Memperhatikan huruf-huruf Al-Fatihah.
4. Memperhatikan tasydid-tasydid Al-Fatihah.
5. Hendaknya tidak diam dengan diam lama atau sebentar yang bertujuan memutus bacaan Al-Fatihah.
6. Membaca semua ayat-ayat Al-Fatihah, diantaranya adalah basmalah.
7. Tidak adanya lahn yang merusak makna.
8. Hendaknya (membacanya) ketika dalam keadaan berdiri di dalam shalat fardhu.
9. Hendaknya memperdengarkan dirinya bacaan Al-Fatihah.
10. Hendaknya tidak menyela-nyelai Al-Fatihah dengan dzikir yang lain.
Pembahasan
Al-Fatihah adalah salah satu rukun dari rukun-rukun shalat sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya. Shalat tidak sah tanpa membaca Al-Fatihah, sebagaimana sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi:
لَا تُجْزِئُ صَلَاةٌ لَا يُقْرَأُ فِيْهَا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidaklah cukup
shalat yang tidak dibaca didalamnya pembuka Alquran (Al-fatihah).”
Ada beberapa syarat dalam membaca Al-Fatihah. Jika salah
satu syarat tidak terpenuhi maka shalat yang dikerjakan tidak sah. Adapun
syarat-syarat Al-Fatihah ada 10, yaitu:
1. Tertib
1. Tertib
Dalam membaca Al-Fatihah diharuskan untuk tertib atau
berurutan antara ayat-ayatnya. Tidak diperbolehkan untuk membaca Al-Fatihah
secara acak. Jika membaca Al-Fatihah secara acak tetapi tidak merubah makna
atau arti yang terkandung di dalamnya maka shalatnya tetap sah, tetapi
bacaannya tidak sah, sehingga wajib mengulangi membaca Al-Fatihah secara
berurutan.
Jika membaca Al-Fatihah secara acak dan merubah makna atau
arti yang terkandung di dalamnya, maka shalatnya batal.
2. Terus-menerus
2. Terus-menerus
Tidak boleh memisah bacaan di dalam Al-Fatihah dengan apapun
yang tidak ada hubungannya dengan shalat. Jika dalam membaca Al-Fatihah dipisah
atau disela-selai dengan sesuatu, seperti dzikir yang tidak ada hubungannya
dengan shalat meskipun di luar shalat disunnahkan, seperti mengucapkan hamdalah
bagi orang yang bersin, maka bacaan Al-Fatihahnya tidak sah tetapi shalatnya
tetap sah. Sehingga wajib mengulangi bacaan Al-Fatihah secara terus-menerus
tanpa pemisah.
Adapun pemisah di dalam Al-Fatihah yang berhibungan dengan
shalat seperti mengucapkan amin bersama imam atau sujud tilawah, maka tidak
dianggap memutus bacaan Al-Fatihah. Sehingga hanya perlu melanjutkan bacaan
Al-Fatihahnya tidak perlu mengulang kembali.
3. Memperhatikan huruf-huruf Al-Fatihah
3. Memperhatikan huruf-huruf Al-Fatihah
Membaca Al-Fatihah harus memperhatikan semua huruf-hurufnya.
Jika salah satu huruf dari Al-Fatihah tidak dibaca maka harus mengulangi ayat
yang salah satu hurufnya tidak terbaca dan mengulangi ayat setelahnya. Namun
hal ini berlaku jika sebelum rukuk atau jarak yang lama, jika setelah rukuk
atau jarak yang lama tetapi tidak mengulangi bacaan Al-Fatihahnya, maka
shalatnya batal.
Begitu juga tidak diperbolehkan untuk merubah salah satu
huruf dari Al-Fatihah.
Tambahan
a. Huruf-huruf dalam Al-Fatihah berjumlah 155 huruf jika lafadz ‘مَلِكِ’ dibaca pendek, jika dibaca panjang menjadi ‘مَالِكِ’ maka jumlah huruf dalam Al-Fatihah ada 156 huruf.
b. Ulama memperbolehkan membaca ‘مَالِكِ’ dengan dibaca panjang dan dibaca pendek. Sedang dalam surat An-Naas maka ulama sepakat bahwa wajib untuk membaca pendek lafadz ‘مَلِكِ’.
4. Memperhatikan tasydi-tasydid Al-Fatihah
Tambahan
a. Huruf-huruf dalam Al-Fatihah berjumlah 155 huruf jika lafadz ‘مَلِكِ’ dibaca pendek, jika dibaca panjang menjadi ‘مَالِكِ’ maka jumlah huruf dalam Al-Fatihah ada 156 huruf.
b. Ulama memperbolehkan membaca ‘مَالِكِ’ dengan dibaca panjang dan dibaca pendek. Sedang dalam surat An-Naas maka ulama sepakat bahwa wajib untuk membaca pendek lafadz ‘مَلِكِ’.
4. Memperhatikan tasydi-tasydid Al-Fatihah
Tidak hanya memperhatikan huruf-huruf Al-Fatihah dalam
membacanya. Diharuskan juga untuk memperhatikan semua tasydid-tasydid dalam
Al-Fatihah. Sehingga jika tidak mentasydid bacaan yang seharusnya di-tasydid,
maka bacaannya tidak dianggap dan wajib mengulangi bacaannya dengan
ber-tasydid.
Jika sebaliknya, men-tasydid bacaan yang tidak di-tasydid,
maka jika merubah makna dan melakukan secara sengaja dan tahu hukumnya bahwa
membaca dengan demikian tidak diperbolehkan, maka shalatnya batal.
Jika tidak merubah makna bacaan dalam Al-Fatihah atau
dilakukan tanpa kesengajaan, maka shalatnya tetap sah.
5. Hendaknya tidak diam dengan diam lama atau sebentar yang bertujuan memutus bacaan Al-Fatihah
5. Hendaknya tidak diam dengan diam lama atau sebentar yang bertujuan memutus bacaan Al-Fatihah
Artinya tidak diperbolehkan berhenti ketika membaca
Al-Fatihah. Baik berhenti atau diam dalam waktu yang lama atau berhenti
sebentar dengan niatan atau tujuan memutus bacaan Al-fatihah. Syarat ini sama
dengan syarat sebelumnya. Berhenti dalam waktu yang lama yaitu seukuran
melebihi berhenti untuk mengambil nafas dan berhenti sebentar yaitu seukuran
waktu yang kurang untuk mengambil nafas.
Jika berhenti dalam waktu lama atau sebentar tetapi dengan
tujuan memutus bacaan Al-Fatihah, maka wajib mengulangi bacaan Al-Fatihah.
6. Membaca semua ayat-ayat Al-Fatihah, diantaranya adalah basmalah
6. Membaca semua ayat-ayat Al-Fatihah, diantaranya adalah basmalah
Semua ayat di dalam Al-Fatihah wajib dibaca. Termasuk yang
wajib dibaca adalah basmalah. Basmalah termasuk ayat dari Al-Fatihah, sehingga
wajib dibaca ketika membaca Al-Fatihah. Dalam hadist Rasulullah bersabda:
إِذَا قَرَأْتُمُ الْحَمْدَ لِلهِ فَاقْرَؤُوْا بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
“Jika kalian membaca Alhamdulillah (Al-Fatihah) maka
bacalah bismillahirrahmanirrahim. Sesungguhnya Al-Fatihah adalah induk
Alquran, induk Alquran, assab’ul matsani, dan bismillahirrahmanirrahim
adalah salah satu ayat Al-Fatihah.”
Membaca basmalah disunnahkan di setiap awal surat dalam
Alquran kecuali surat At-Taubah. Adapun membaca basmalah di awal surat
At-Taubah maka hukumnya haram dan membaca basmalah di tengah surat At-Taubah
hukumnya makruh. Tetapi sebagaian ulamak berpendapat bahwa membaca basmalah di
awal surat At-Taubah hukumnya makruh dan membaca basmalah di tengah surat
At-Taubah hukumnya sunnah.
7. Tidak adanya kekeliruan bacaan yang merusak makna
7. Tidak adanya kekeliruan bacaan yang merusak makna
Ketika membaca Al-Fatihah tidak diperbolehkan ada kekeliruan
dalam membaca Al-Fatihah sekiranya bisa merusak makna atau arti yang terkandung
dalam Al-Fatihah. Jika membaca Al-Fatihah dengan merusak bacaan; merusak huruf
atau harakat yang merubah makna, maka shalatnya batal.
Contohnya adalah ketika merubah harakat ta’ dalam lafadz ‘أَنْعَمْتَ’
menjadi fathah, sehingga dibaca ‘أَنْعَمْتُ’ atau merubah mim lafadz ‘المُسْتًقِيْمَ’
menjadi nun, sehingga menjadi ‘المُسْتَقِيْنَ’.
Adapun kekeliruan yang tidak merusak makna seperti
mendhommah ha’ lafadz ‘الحَمْدُ لِلّهُ’, men-fathah dal lafadz ‘نعبد’ maka tidak
merusak makna dan tetap sah bacaan Al-Fatihah.
8. Hendaknya (membacanya) ketika dalam keadaan berdiri di dalam shalat fardhu
8. Hendaknya (membacanya) ketika dalam keadaan berdiri di dalam shalat fardhu
Ketika membaca sebagian dari ayat Al-Fatihah bersamaan waktu
ketika bergerak untuk rukuk atau ketika sedang bangkit untuk berdiri, maka bacaan
Al-Fatihahnya tidak sah. Sehingga wajib membaca Al-Fatihah ketika telah tegak
berdiri dalam shalat fardhu.
9. Hendaknya memperdengarkan dirinya bacaan Al-Fatihah
9. Hendaknya memperdengarkan dirinya bacaan Al-Fatihah
Sebagaimana pembahasan dalam syarat takbiratul ihram
disyaratkan harus memperdengarkan semua huruf-hurufnya, minimal didengarkan
dirinya sendiri, begitu juga disyaratkan dalam membaca Al-Fatihah untuk memperdengarkan
dirinya semua huruf-huruf dalam Al-Fatihah. Hal ini dikarenakan Al-Fatihah
adalah termasuk rukun qouli. Dan syarat untuk setiap rukun qouli adalah
memperdengarkan dirinya sendiri semua huruf-huruf dari rukun qouli tersebut.
10. Hendaknya tidak menyela-nyelai Al-Fatihah dengan dzikir yang lain
10. Hendaknya tidak menyela-nyelai Al-Fatihah dengan dzikir yang lain
Yang dimaksud dzikir yang lain adalah dzikir yang tidak
dianjurkan untuk dibaca karena kemaslahatan shalat. Artinya ketika membaca
Al-Fatihah tidak diperkenankan menyela-nyelainya dengan dzikir yang lain yang
tidak ada hubungannya dengan kemaslahatan shalat. Syarat ini telah dibahas
dalam syarat nomer dua.
و الله أعلم
👏👏👏👏👏👍
BalasHapusTerima kasih ilmunya kaka
BalasHapusIs very good
Ijin sher
BalasHapusشكراكثيرا
BalasHapusmantaf...
BalasHapusJazakalaahu khoir
BalasHapusMamtaffff
BalasHapus